Pages

29.7.12

Tentang Menjadi Badai

Siang kemarin gw memandangi atribut itu lagi.
Jaket kuning bermakara biru muda dan sepatu pantofel yang haknya membuat bunyi klak-klak-klak yang khas saat dipakai berjalan.
Ah, akankah nanti kalian juga memakai ban hitam di lengan kiri?

Meskipun ada rasa ga sreg di hati,
tapi karena ini penting buat gw dan gw sayangi sepenuh hati,
gw tetap mau hadir dan bicara.

Menjadi badai harusnya bukan tentang "ingin dilihat seperti apa" tapi "ingin menampilkan sisi diri yang mana".
Menjadi badai harusnya sama sekali bukan bersandiwara dan menipu ratusan orang termasuk diri sendiri.
Menjadi badai harusnya bukan untuk semakin dikenal tapi justru mengenal lebih dalam.
Menjadi badai harusnya ga perlu repot-repot terpatok pada skenario, berpegang pada rambu-rambu dan menjadi diri sendiri sudah cukup. Karena bukankah diri kalian adalah modal yang cukup untuk berada di sini?
Menjadi badai harusnya bukan tentang menonjolkan diri tapi meredam ego, saling memahami, dan saling mendukung. Percayalah, satu kelompok hebat akan terasa lebih memuaskan daripada sekadar lima orang hebat.

Ah, sudahlah.
Sadarilah saja masing-masing lalu sepakati bersama.
Siapa kalian? Mengapa kalian ada di sini? Mau apa kalian di sini?
Lalu jadilah diri sendiri dalam bentuk terbaiknya sambil kuatkan komitmen dan tautan satu sama lain.


Maka, 
teruntuk Ranggih, Uta, Wulan, Yoyoy, dan Pitek.
Luruskan niat sekali lagi, sungguh-sungguhlah menggunakan hati,
dan membadailah!
Karena apa-apa yang disampaikan dari hati akan sampai ke hati juga.

Semoga ini juga menjadi salah satu momen terbaik dalam kehidupan perkuliahan kalian :)

ps: Jadi kangen Badai Bersaudara.. *kemudian mendaras doa rabithah*

0 komentar dari orang baik :):

 
Header Image from Bangbouh @ Flickr