Pages

9.2.11

Melihat #HelpAlanda, Melihat Kekuatan Media

Tadi pagi, timeline Twitter gw cukup heboh sama hashtag #HelpAlanda. Gw baca-baca, ternyata itu bermula dari cerita Alanda Kariza di blognya bahwa ibunya dituntut kurungan 10 tahun dan denda 10 milyar rupiah terkait kasus Bank Century.

I feel her, I've been in her shoes.

Lalu gw memikirkan hal lain.
Gw cukup yakin kalo Alanda dan keluarganya bukan satu-satunya yang ngerasa diperlakukan ga adil sama negara. Kalo kata Bimo, "this country has betrayed & sacrifice more people than everybody ever think of it...sadly those people cannot say anything" Nah! Yang gw pikirin adalah yang gw garis bawahi itu. Alanda ga masuk ke 'those people' yang dibilang Bimo itu. Alanda memilih untuk mempublikasikan ceritanya di internet, atau kalaupun enggak maka mungkin orang lain yang akan mempublikasikan cerita itu sekaligus menjaring dukungan untuk Alanda dan keluarganya, mengingat dia adalah orang yang (menurut sesotoyan gw) cukup terkenal dan 'dicintai' pengguna Twitter di Indonesia. Lihat bagaimana dukungan buat dia lewat #helpAlanda mengalir!

Cerita yang Alanda tulis di blognya menurut gw adalah suatu 'pemberitaan alternatif' mengenai kasus yang melibatkan ibunya. Nyebarnya luas dan cepat, pula. Bukan ga mungkin hal ini akan mempengaruhi vonis, secara langsung maupun tidak. Inget akhir kasus Prita Mulyasari? RS Omni akhirnya mencabut gugatan, dan pihak RS Omni mengakui kalo dukungan publik untuk Prita adalah salah satu alasan pencabutan gugatan itu. Melihat derasnya dukungan untuk Alanda, menurut gw sih mungkin banget vonisnya nanti akan 'berpihak' pada ibu Alanda. Atau kalaupun tidak, pasti banyak yang bereaksi. Hari ini aja, cuma sehari setelah cerita itu dipublikasikan Alanda di blognya, wakil ketua DPR udah menyatakan kalo "Tuntutan itu memprihatinkan", salah satu inisiator hak angket kasus Century pengen ketemu sama Alanda, bahkan Kejaksaan Agung pun menyatakan akan mengecek tuntutan itu ke Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat.

Ngeliat semua itu, gw jadi (lagi-lagi) liat betapa besarnya kekuatan media. Apalagi di era citizen journalism ini. Boleh dibilang semua orang dengan akses internet bisa bikin berita 'versi masing-masing'. Seru jadinya, publik bisa liat suatu kejadian faktual dari berbagai sisi. Publik juga bisa milih mau dukung siapa, dan menggerakkan lebih banyak lagi orang untuk mendukung sesuatu. Kalo udah ngomong dukungan dan gerakan publik yang bener-bener massif (bukan sekedar mengatasnamakan kelompok yang besar padahal yang bergerak cuma segelintir orang ;p) maka siapapun yang berada di pihak yang berseberangan dengan publik akan berada di bawah tekanan yang sangat kuat. Dalam kasus Prita misalnya. Dirut RS Omni pun mengakui kalo "Dukungan untuk Prita melalui sumbangan koin dari masyarakat menjadi sebuah tekanan bagi kita".

Gw pikir ini bisa jadi alternatif bentuk gerakan mahasiswa. Toh kalo turun aksi ke jalan pun salah satu tujuannya adalah liputan media kan? (Kindly CMIIMW ya, temen-temen yang suka aksi ke jalan) Yah kalo masih mau bergerak dengan cara itu sih mangga ya, tapi menurut gw membangun reputasi baik di dunia maya lalu memanfaatkan social media untuk menyampaikan aspirasi dan membangun basis kekuatan publik juga bisa banget loh dijadiin pilihan. Publik bisa baca dengan jelas dan lengkap apa yang ingin disampaikan, media juga bisa mengutip pernyataan dengan lebih tepat (karena ada bukti tulisan aslinya).

Kita sadari ataupun tidak, kekuatan media sangat besar. Tinggal kitalah yang harus pandai-pandai memanfaatkannya.


Bonus line
Lalu gw mikirin hal lain lagi. Agak nakal sih pikiran yang ini.
Seandainya ini bukan tentang Alanda Kariza, seseorang yang punya akses, reputasi baik dan massa di dunia maya, apakah kejadiannya akan sama? Seandainya yang nulis tentang ketidakadilan yang menimpanya adalah seseorang yang followersnya di Twitter dan pembaca blognya ga sebanyak Alanda Kariza, apakah kejadiannya akan sama?
Beruntunglah orang-orang yang bisa bersuara. Beruntunglah orang yang bisa didengar.
Apa kabar orang-orang yang berjuang dalam diam? Apa kabar orang-orang yang dibungkam?

5 komentar dari orang baik :):

nanajingga said...

"Apa kabar orang-orang yang berjuang dalam diam?"

ngga ada yang tahu, jadi ngga ada yang peduli, teh.
kalo kaya adhitya mulya (di Gege Mengejar Cinta)
"... a tree falls in a forest with no one hearing it. Does it really fall?
... The answer is yes.... But who care"

:)

fidella anandhita savitri said...

flip flop. see my blog. haha. kemistisan alam #apasih

Shanti said...

@ Nana: ah! gw jd inget pelajaran PsiUm 2 yg sensasi persepsi.. ngomongin pohon jatuh di hutan yyg ga ada orang jg.. heuheu..

@ Della: haha keren ya kita :D *apa coba*

Ayu Rita Rahayu said...

akhir-akhir ini gue juga mikir, Ne. media itu sarana luar biasa ya, buat orang yang bisa manfaatinnya. entah buat baik, atau buruk.

*inget kasus video porno Ariel yang membooming dan media-media itu tanpa sadar udah bikin video itu tambah meluas*

Shanti said...

iya, 'sadis' ya media itu!

 
Header Image from Bangbouh @ Flickr