Pages

14.4.13

Tentang Menjadi Keras Kepala

Mencintai itu harus keras kepala.
Monolog Inggit Garnasih, Auditorium Gedung IX FIB UI, 13 April 2013

Saya bisa sangat keras kepala.
Saya selalu keras kepala, sebenarnya.

Waktu itu saya kelas 3 SMP dan sedang ujian. Dari balik dinding yang berhimpitan dengan SMP saya terdengar riuh rendah pentas musik, NAIF kalau tidak salah. Bukannya terganggu, entah kenapa saya malah berpikir "Suatu hari saya akan jadi penyelenggara acara itu". Beberapa bulan kemudian, melangkahlah saya ke sana. Hari pertama sudah berurai air mata hahaha tapi yah, nyatanya 2 kali saya jadi penyelenggara acara itu dan selama 10 tahun berturut-turut saya ada di acara itu. Kadang sulit, tapi saya usahakan. Meskipun cuma sebentar. Meskipun artinya saya buru-buru Depok-Bogor. Meskipun artinya jalan cepat hujan-hujanan. Meskipun artinya habis itu lari-lari mengejar kereta. Dan acara itu cuma setetes dari lautan cinta saya padanya. 10 Agustus 2002 saya jatuh cinta. Jatuh sejatuh-jatuhnya. Padanya. Bertahun-tahun setelahnya saya tetap kembali ke sana. Tak peduli cibiran orang-orang, toh saya masih punya waktu. 2012 saya tak lagi ada di acara itu maupun acara satunya. Bukan berarti tak lagi cinta, tentu. Cinta saya padanya menjaga saya tetap mengangkasa di langit yang lain. Buat apa saya pulang kalau berarti mengingkari didikannya? Toh ia saya bawa bersama saya :) Dan cinta yang ini tentu saja berkelindan dengan cinta pada semesta kecil yang indah itu, yang berdiri megah di jalan Juanda itu. Yang paketan Hymne dan yelnya menyelamatkan saya di berbagai titik lemah :)

Waktu itu saya sedang membaca majalah GADIS, lalu saya bertekad nanti waktu kuliah akan ikut kegiatan yang sama dengan yang saya ikuti waktu SMP. Ternyata jalan ke sana panjang dan berbelok-belok. Saya pun mampir-mampir di sana-sini. Sekitar 5 tahun dan 8 semester kemudian, barulah saya sampai ke sana. Waktu sampai pun jalannya tetap tidak mulus hahaha.. Patah hati besar-besaran juga saya alami di sini. Untung akhirnya saya berhasil juga berciuman (literally :p) dengan cinta yang ini. Berkali-kali saya merasa tak nyaman, berkali-kali saya merasa tak serasi, berkali-kali saya merasa sulit melihat harapan... tapi toh nyatanya sampai sekarang saya masih di sini.

Oh, ngomong-ngomong, dua cinta saya di atas (dan beberapa yang lain) selalu ditentang orang tua. Haha.. Bertahan belasan tahun dalam kondisi seperti itu... hmm... kurang keras kepala apa lagi saya?

Waktu itu saya sedang bercakap-cakap di jendela maya. Lalu setengah tahun kemudian saya menulis surat yang sampai sekarang masih tersimpan di laci meja.
Masalahnya, kali ini bukan lembaga. 
Untuk pertama kalinya.

0 komentar dari orang baik :):

 
Header Image from Bangbouh @ Flickr